Jenglot adalah figur kerajinan tangan berbentuk manusia yang
berukuran kecil sekitar 10-17 cm, berkulit gelap dengan tekstur kasar
seperti mumi, berwajah seperti tengkorak dan bertaring mencuat, serta
memiliki rambut dan kuku yang panjang.Jenglot ditemukan di beberapa
wilayah di nusantara, misalnya Jawa,Kalimantan dan Bali.Jenglot
dipercaya memiliki kekuatan mistis dan memakan darah manusia.Masyarakat
Indonesia meyakini jenglot sebagai makhluk yang memiliki kekuatan mistik
dan dapat mengundang bencana. Dunia ghaib ini secara medis pernah
dilakukan penelitian.
Jenglot juga ditemukan di belahan dunia yang lain. Di Cile, seorang
lelaki menemukan suatu makhluk yang masih hidup. Makhluk tersebut hanya
bertahan hidup selama 8 hari lalu mati. Berdasar penelitian yang
dilakukan oleh beberapa dokter di Cile, makhluk tersebut tidak bisa
digolongkan sebagai hewan, serta tak juga masuk dalam spesies manusia.
Menurut sang penemu, makhluk tersebut berproses menjadi mumi dalam waktu
cepat. Meski beberapa ahli menyatakan bahwa makhluk tersebut adalah
janin manusia yang mati, keluarga sang lelaki(si penemu) tetap
berkeyakinan bahwa saat ditemukan makhluk tersebut adalah jenglot hidup.
Bukti ilmiah tentang pernah adanya jenglot hidup juga ditemukan di
beberapa tempat di dunia. Di Cina, di daerah Heijan ditemukan beberapa
manusia kecil setinggi kurang dari 6 inci.
Jenglot diyakini terdiri dari empat jenis, masing-masing disebut
sebagai jenglot, yang konon berjenis kelamin lelaki dan konon pula bisa
membantu mengamankan pemiliknya dari segala macam bahaya. Yang lain lagi
adalah Bethoro Karang, pria juga, konon bisa membantu kelancaran usaha,
menjaga keselamatan dan lain-lain. Lalu Bethoro Katon, konon berjenis
kelamin wanita, di mana selain membantu melancarkan usaha juga bisa
dipakai sebagai pengasih.
Yang terakhir, Begawan Kapiworo, katanya penjelmaan kera putih, ada
hubungan dengan Anoman, mempunyai padepokan Kendali Sodo. Jenglot
sendiri menurut Abas adalah benda mati, bukan makhluk hidup. Meski
jenglot bukan makhluk hidup, tetapi daya spiritual jenglot tetap hidup.
Karena itu jenglot “harus diberi makan”. Makanan jenglot adalah darah
berjenis O dan minyak wangi. Abas menyebut merk minyak wangi yang
katanya mudah didapat di pasar.
Secara medis, jenglot didefinisikan sebagai bukan makhluk hidup
setelah diteliti oleh tim forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Jakarta.Melalui foto sinar Rontgen, tidak ditemukan unsur tulang
(sebagai penyangga organ mahluk hidup) namun hal yang mengejutkan justru
diperoleh dari penelitian DNA lapisan kulit jenglot yang mengelupas.
Jenglot tak memiliki struktur tulang. Hasil rontgent yang disaksikan
puluhan wartawan, paramedis, mahasiswa praktek, ternyata hanya
menampilkan bentuk struktur menyerupai penyangga dari kepala hingga
badan. Selain itu terlihat juga jaringan kuku dan empat gigi selebihnya
tak ada. “Ada bagian jaringan serupa daging, namun kita belum bisa
memastikan apakah itu daging atau bahan lainnya,”
Jenglot pernah diperiksa dr Budi Sampurna DSF di bagian Forensik
RSCM. Benda sepanjang 10,65 cm, menyerupai boneka menyeramkan itu
memiliki bagian serupa kepala, badan, tangan dan kaki serta rambut
terurai sepanjang 30 cm. Ukuran masing-masing tampak proporsional. Hanya
saja, ukuran kuku-kuku jarinya serta taring sangat panjang. Taring
mencuat hampir sepanjang ukuran kepala, kuku juga panjang dan meruncing
hingga bukan tidak mungkin membuat bulu kuduk penonton berdiri.
Setiap 35 hari pada Jumat Legi, kita kasih satu tetes darah dicampur
minyak javaron seperti kalau banyak orang memberikan sesaji berupa
kembang atau kemenyan. Tak ada yang tahu apakah darah tersebut
benar-benar diminum atau tidak oleh makhluk seberat 37,2 gram itu. Dalam
tubuh jenglot masih terdapat kehidupan. Tanda kehidupan itu,
menurutnya, dapat dilihat dari bola matanya yang bisa berpindah setiap
saat serta rambut dan kukunya yang memanjang.
Setelah diperiksa oleh Dokter Djaja Surya Atmaja dari Universitas
Indonesia, ternyata lapisan kulit itu memiliki DNA mirip primata sejenis
manusia. Akan tetapi, penyelidikan asal usul jenglot secara medis hanya
dihentikan sampai di sana karena pemilik jenglot tidak mengizinkan
jenglot dibedah, agar tidak ada hal buruk yang terjadi.
Spesimen seirisan kulit bawang itu kemudian diekstraksi agar DNA-nya
keluar dari inti sel. DNA merupakan material genetik berupa basa protein
panjang yang membangun struktur kromosom. Pada inti sel manusia
terdapat 23 pasang kromosom. Masing-masing bisa dipenggal-penggal
menjadi banyak lokus, satu unit yang membangun sifat bawaan tertentu.
DNA Jenglot diteliti pada lokus nomor D1S80 dari kromosom 1 dan
HLA-DQA1 dari kromosom 5, serta lima lokus khusus lain dengan teknik PCR
(polymerase chain reaction). Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1 memberikan hasil
positif. Artinya, spesimen Jenglot itu berasal dari keluarga primata
-bisa monyet, bisa pula manusia. Namun dari penyelidikan atas lokus
D1S80, didapatkan hasil bahwa sampel DNA itu berkarakteristik sama
dengan manusia. Temuan mengejutkan itu diperkuat dengan kajian mesin
PCR.
Hantu
Hantu secara umum merujuk pada kehidupan setelah kematian. Hantu juga
dikaitkan dengan roh atau arwah yang meninggalkan badan karena
kematian. Definisi dari hantu pada umumnya berbeda untuk setiap agama,
peradaban, maupun adat istiadat. Meskipun secara umum hantu merujuk pada
suatu zat yang mengganggu kehidupan duniawi, dalam banyak kebudayaan,
hantu tidak didefinisikan sebagai zat yang baik maupun jahat. Sebutan
setan, iblis, genderuwo, dan sebagainya, lebih umum digunakan untuk
merujuk kepada hantu yang jahat. Sedangkan hantu yang baik yang dianggap
mempunyai kemampuan untuk menolong manusia, disebut dengan bermacam
nama yang berbeda, seperti sebutan untuk Datuk, Te Cu Kong (penguasa
tanah, dalam agama Kong Hu Cu), dan lainnya. Tetapi di dalam kebanyakan
agama, meminta hantu untuk membantu manusia adalah dilarang.
Hantu dipercaya keberadaannya oleh hampir semua umat manusia yang
mempercayai adanya Tuhan, meskipun hanya sebagian kecil yang mengakui
pernah melihat hantu secara langsung. Keberadaan hantu menjadi pro dan
kontra di banyak negara maju. Sebagian ilmuwan beranggapan hantu
hanyalah ilusi ataupun khayalan mereka yang mempercayainya, sementara
sebagian ilmuwan lain berusaha membuktikannya secara ilmiah adanya zat
yang terkandung dalam hantu.
Hantu seringkali digambarkan berukuran dan berbentuk manusia
(walaupun ada yang menyebutnya menyerupai hewan), biasanya digambarkan
“berkilauan”, “berbayang”, “seperti kabut”, atau bayangan. Hantu tidak
mempunyai tubuh kasar seperti manusia, hanya bayangan badan (astral body).
Kadang kala tidak tampak bila dilihat tetapi dalam fenomena lain
seperti pergerakan objek, lampu hidup dan mati dengan sendiri, bunyi,
dll, yang tidak mempunyai penjelasan logik.
Masyarakat Jawa mengelompokkan Mahluk Supranatural (hantu) dalam 9
kelompok besar yang kemudian masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis
hantu-hantu lainnya di dalam kelompok tersebut, ke sembilan kelompok
besar hantu tersebut dipergunakan dan disebutkan dalam suluk pewayangan
seperti ini: “Jin, Setan, Peri, Perayangan, Ilu-ilu, Banaspati,
Genderuwo, Memedhi, Tetek-an”. Hal ini digunakan untuk menggambarkan
dengan lengkap seluruh mahluk halus dengan singkat, tanpa menyebut satu
persatu jenis mahluk halus yang jumlahnya ratusan, sebagaimana yang
dikenali di dalam masyarakat Jawa dan Budaya Jawa yang dikenal sangat
kental dengan hal-hal supranatural.
Beberapa urban legend juga mengenal berbagai macam bentuk
hantu yang biasanya terkait dengan riwayat sebab-akibat kematian orang
yang menjadi hantu. Meskipun bukan merupakan hantu, beberapa bentuk
makhluk supranatural dikenal pula dalam mitos masyarakat, yang dianggap
sebagai cara seseorang dalam menempuh ilmu tertentu atau mencari
kemuliaan seperti Babi ngepet dan Ipri.