Minggu, 12 Desember 2010
Kelompok Bermain
Menurut Raharjo ( 1995 ) kelompok bermain adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan bermain, yang juga menyelenggarakan pendidikan prasekolah bagi anak- anak usia 3 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Pendidikan prasekolah sendiri adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar yang diselenggarakan dijalur pendidikan luar sekolah. Sedangkan menurut Gustian ( dalam Lestari 2002 ) pengertian kelompok bermain adalah institusi atau lembaga yang mengadakan program untuk mengembangkan potensi- potensi anak dan memberikan ketrampilan- ketrampilan, seperti ketrampilan untuk membantu diri sendiri dan ketrampilan yang bersifat sosial yang diberikan selama anak menjalani kegiatan bermain, kelompok bermain diperuntukkan bagi anak- anak yang berusia dua ( 2 ) atau tiga ( 3 ) tahun hingga empat ( 4 ) tahun.
Selain itu menurut Raharjo ( 1995 ) tujuan dari kelompok bermain adalah mengembangkan kemampuan dasar dan pembentukan prilaku melalui pembiasaan pada anak usia prasekolah kemampuan dasar ini meliputi daya cipta atau kreativitas, kemampuan berbahasa atau berkomunikasi, daya pikir atau kecerdasan, ketrampilan ( motorik halus ) dan jasmani motorik kasar. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan dari kelompok bermain dibagi menjadi dua, yakni tujuan khusus dan dan tujuan umum. Tujuan umum adalah untuk membantu meletakkan dasarnya kearah pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Tujuan khusus antara lain, menambah perbendaharaan kata untuk berkomunikasi dan mampu mengungkapkan pendapat pada orang lain. Pengembangan daya pikir atau kecerdasan. Pengembangan daya cipta atau kreativitas, mengekspresikan diri melalui daya ciptanya. Pengembangan perasaan atau emosi, disiplin, mengenal dirinya dan orang lain. Pengembangan kemandirian, melayani dirinya sendiri dalam kehidupan seharai- hari.
UU RI No.20 Thn.2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ayat (14) Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
UU RI No.20 Thn. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 ayat (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. ayat (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. ayat (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak di usia dini sangat penting bagi perkembangan anak usia dini adalah usia emas (golden age) bagi setiap anak. Pada usia ini, semua potensi dasar anak sedang pesat-pesatnya berkembang. kematangan jiwa seorang anak pada usia 4 hingga 18 tahun sangat ditentukan oleh pendidikan yang dilakukan orang tua, dan pihak lainnya pada usia 0 hingga 4 tahun. Dengan mengikutkan anak- anak ke dalam kelompok bermain maka potensi yang dimiliki akan jauh lebih berkembang dibandingkan dengan anak- anak yang tidak diikutkan ke kelompok bermain mengikutsertakan anak ke kelompok bermain maka anak akan belajar untuk mandiri dan bertanggung jawab, karena di dalam kelompok bermain anak akan diajarkan agar mandiri dan bertanggung jawab. Menurut Lie & Prasasti ( 2004 ) kelompok bermain merupakan jembatan sosial yang secara psikologis dan pedagogis merupakan tempat yang baik bagi anak untuk mengembangkan tanggung jawab dan memupuk kemandirian, karena anak akan menemui sederet tata tertib dan tanggung jawabnya yang pertama di luar keluarga. Anak yang mengikuti kelompok bermain akan menyadari bahwa dalam berinteraksi sosial ada tata tertib dan tanggung jawab yang harus dilakukan, ini akan menumbuhkan kompetensi sosial pada diri anak
by : Posted by tarmijah
Selasa, 30 November 2010
Mengembangkan Bakat Anak
Sampai usia 10 tahun, anak masih bisa menyesuaikan dirinya, namun di atas itu rasanya sulit dan sudah agak kaku. Jadi, mungkin dengan pertimbangan ini, banyak anak yang dijejali les ini dan itu oleh ibunya dengan harapan salah satu dari kegiatan itu bisa berbuah.
Perlu Motivasi dan Disiplin
Memasukkan anak dalam berbagai kegiatan adalah bagus, tetapi hendaknya dipertimbangkan pula faktor kelelahan. Sebab semakin banyak kegiatan, setiap hari ada les, anak tentu akan capek dan bisa bisa malah menolak seluruh kegiatan itu.
Pilih kegiatan yang betul-betul sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, bukan karena orangtua yang ingin atau karena dulu ibu dan ayahnya tidak berhasil menjadi penyanyi maka anaknya pun juga diajarkan menjadi penyanyi. Sebab dari pengamatan, banyak terjadi kasus dimana anak merasa terpakasa mengikuti kegiatan tertentu demi ayah atau ibunya.
Mungkin pada anak tertentu pemaksaan ini berhasil, yaitu anak akan menunjukkan prestasi dalam bidang yang diinginkan orangtuanya, tetapi pada banyak anak malah terjadi sebaliknya, anak kurang terdorong dan akhirnya berhenti di tengah jalan.
Yang jauh lebih penting jika orangtua dan anak sepakat untuk mengikuti kegiatan tertentu entah balet, piano atau lainnya adalah dorongan dan disiplin latihan. Jangan anak hanya berlatih saat les saja, tetapi justru latihan di rumah yang penting.
Mengembangkan bakat anak memang membutuhkan ketelatenan, kesabaran yang ekstra sebab membutukan proses dan bukan mendadak menjadi bisa. Kalau kita membaca cerita atlet kita yang sukses, maka terlihat itu adalah hasil kerja keras bertahun tahun dan disiplin yang tinggi, baik anak maupun orangtua sejak dini. Memang ada yang mengibaratkan bakat dengan tanaman di mana memerlukan perawatan, perhatian, air, dan pupuk sehingga tumbuh menjadi tanaman yang sehat.
Perlu Saingan
Sebagian orang berpendapat bahwa kita tidak boleh membanding-bandingkan anak dengan anak lain sebab akan mematikan motivasi anak. Tetapi ada juga yang berpendapat lain bahwa saingan tetap diperlukan bagi anak agar bisa mempunyai patokan yang jelas tentang apa yang dituju.
Saingan memang diperlukan tetapi hendaknya orangtua mencari saingan anak dengan grade yang tidak terlalu jauh dari diri anaknya, sehingga anak merasa bisa dan mampu menjangkaunya.
Dalam membandingkan anak dengan anak lain memang harus hati-hati jangan justru menjadi bumerang yang akhirnya anak malah mogok. Orangtua harus meyakinkan anak bahwa, ”Kamu pasti bisa, ibu yakin…. Kalau temanmu bisa, kamu juga bisa asal kamu rajin belajar.”
Bakat Bisa Hilang
Setiap manusia mempunyai bakat, jadi tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa kamu tidak berbakat. Yang jelas dalam hal ini kita belum tahu persis bakat kita itu apa dan untuk itu perlu bantuan lingkungan dalam menggalinya. Sebaliknya bakat yang ada kalau tidak dikembangkan bisa hilang.
Daftar Pustaka
Hawadi Akbar, Reni. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT. Grasindo
By Muhammad Baitul Alim + November 16th, 2010
Mengenal Autisme
Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri : berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri.
Tetapi ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autisme pada penderita Schizophrenia dan penyandang autisme infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang autisme infantil terdapat kegagalan perkembangan.
Gejala autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang Ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata.
Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentang autisme. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autisme Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia. Kriteria tersebut adalah :
Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).
(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 dari gejala di bawah ini :
-
Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju
-
Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
-
Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain)
-
Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :
-
Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal
-
Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi
-
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang
-
Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru
(3) Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :
-
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan
-
Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya
-
Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang
-
Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda
Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang (1) interaksi sosial, (2) bicara dan berbahasa, dan (3) cara bermain yang monoton, kurang variatif.
Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak.
Namun kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autisme ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas.
Autisme memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, di mana penyandang autisme ditangani secara lebih serius, persentase kesembuhan lebih besar.
Stres dan Penanggulangannya
Hidup manusia ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat dipenuhi dengan baik, berarti tercapai keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada kenyataannya seringkali usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut mendapat banyak rintangan dan hambatan.
Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan hidup ini sering membawa manusia berada dalam keadaan stress. Stress dapat dialami oleh segala lapisan umur.
Stress dapat bersifat fisik, biologis dan psikologis. Kuman-kuman penyakit yang menyerang tubuh manusia menimbulkan stress biologis yang menimbulkan berbagai reaksi pertahanan tubuh. Sedangkan stress psikologis dapat bersumber dari beberapa hal yang dapat menimbulkan gangguan rasa sejahtera dan keseimbangan hidup.
SUMBER STRESS
Sumber stress dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk:
1. Krisis
Krisis adalah perubahan/peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan seseorang diluar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari. Misalnya: krisis di bidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya.
2. Frutrasi
Frustrasi adaah kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan/dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frutrasi timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan (dari luar: kelaparan, kemarau, kematian, dan sebagainya dan dari dalam: lelah, cacat mental, rasa rendah diri dan sebagainya) yang menghambat kemajuan suatu cita-cita yang hendak dicapainya.
3. Konflik
Konflik adalah pertentangan antara 2 keinginan/dorongan yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengenalikan dorongan-dorongan naluri tersebut.
4. Tekanan
Stress dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya. (Dari dalam diri sendiri: cita-cita, kepala keluarga, dan sebagainya dan dari luar: istri yang terlalu menuntut, orangtua yang menginginkan anaknya berprestasi).
AKIBAT STRESS
Akibat stress tergantung dari reaksi seseorang terhadap stress. Umumnya stress yang berlarut-larut menimbulkan perasaan cemas, takut, tertekan, kehilangan rasa aman, harga diri terancam, gelisah, keluar keringat dingin, jantung sering berdebar-debar, pusing, sulit atau suka makan dan sulit tidur). Kecemasan yang berat dan berlangsung lama akan menurunkan kemampuan dan efisiensi seseorang dalam menjalankan fungsi-fungsi hidupnya dan pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam gangguan jiwa.
REAKSI TERHADAP STRESS
Reaksi seseorang terhadap stress berbeda-beda tergantung dari:
1. Tingkat kedewasaan kepribadian
2. Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang
Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stress:
1. menghadapi langsung dengan segala resikonya.
2. menarik diri dan tak tahu menahu tentang persoalan yang dihadapinya/lari dari kenyataan.
3. menggunakan mekanisme pertahanan diri.
PENANGGULANGAN STRESS
-
Mengenal dan menyadari sumber-sumber stress.
-
Membina kedewasaan kepribadian melalui pendidikan dan pengalaman hidup.
-
Mengembangan hidup sehat. Antara lain dengan cara: merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, tidak tergesa-gesa ingin mencapai keinginannya, menyadari perbedaan antara keinginan dan kebutuhan, dan sebagain
-
ya.
-
Mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala sesuatu yang terjadi dengan tetap beriman kepadaNYa.
-
Minta bimbingan kepada sahabat dekat, orang-orang yang lebih dewasa, psikolog, orang yang dewasa rohaninya, dan sebagainya).
-
Hindarkan sikap-sikap negatif antara lain: memberontak terhadap keadaan, sikap apatis, marah-marah. Hal-hal tersebut tidak menyelesaikan masalah tetapi justru membuka masalah baru.
Selamat mencoba ..........
Mengenal Schizophrenia
Di dalam otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitters yang membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang schizophrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.
Bagi keluarga dengan penderita schizophrenia di dalamnya, akan mengerti dengan jelas apa yang dialami penderita schizophrenia dengan membandingkan otak dengan telepon. Pada orang yang normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa ada gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak penderita schizophrenia, sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang dituju.
Schizophrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun penderita tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi schizophrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi schizophrenia akut. Periode schizophrenia akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir.
Kadang kala schizophrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan perilaku yang sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode akut secara cepat. Beberapa penderita mengalami gangguan seumur hidup, tapi banyak juga yang bisa kembali hidup secara normal dalam periode akut tersebut. Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya orang normal dalam lingkungannya.
Dalam beberapa kasus, serangan dapat meningkat menjadi apa yang disebut schizophrenia kronis. Penderita menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan tidak memiliki kepekaan tentang perasaannya sendiri.
Para Psikiater membedakan gejala serangan schizophrenia menjadi 2, yaitu gejala positif dan negatif.
Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu menginterpretasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang datang. Penderita schizophrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu penderita merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.
Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya, pada penderita schizophrenia, lampu trafik di jalan raya yang berwarna merah kuning hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita schizophrenia berubah menjadi seorang paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamat-amati, diintai, atau hendak diserang.
Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana penderita schizophrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya. Kebanyakan penderita tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika. Karena penderita schizophrenia tidak mampu mengatur pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan dan tidak bisa ditangkap secara logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita schizophrenia tertawa sendiri atau berbicara sendiri dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya.
Semua itu membuat penderita schizophrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada, dan sebagainya.
Gejala negatif
Penderita schizophrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat penderita menjadi orang yang malas. Karena penderita schizophrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan.
Perasaan yang tumpul membuat emosi penderita schizophrenia menjadi datar. Penderita schizophrenia tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa penderita schizophrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.
Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari hidup penderita schizophrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Di samping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil dalam depresi.
Depresi yang berkelanjutan akan membuat penderita schizophrenia menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.
Dalam beberapa kasus, schizophrenia menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Schizophrenia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan penderita schizophrenia sebanyak 1 % dari jumlah manusia yang ada di bumi.
Schizophrenia tidak bisa disembuhkan sampai sekarang. Tetapi dengan bantuan Psikiater dan obat-obatan, schizophrenia dapat dikontrol. Pemulihan memang kadang terjadi, tetapi tidak bisa diprediksikan. Dalam beberapa kasus, penderita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Keringanan gejala selalu nampak dalam 2 tahun pertama setelah penderita diobati, dan berangsur-angsur menjadi jarang setelah 5 tahun pengobatan. Pada umur yang lanjut, di atas 40 tahun, kehidupan penderita schizophrenia yang diobati akan semakin baik, dosis obat yang diberikan akan semakin berkurang, dan frekuensi pengobatan akan semakin jarang.
Inteligensi dan IQ
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah :
Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
Inteligensi dan IQ
Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti inteligensi sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
Inteligensi dan Bakat
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
Kenakalan Remaja
Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan-pun ikut diserang ?
Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para remaja banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas ? Apa yang salah dari semua ini ?
Seperti yang sudah diulas dalam artikel lain di situs ini, remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
-
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
-
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
-
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
-
Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak boleh berpikir, "Ya ampun... itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya ? Bodoh sekali kamu !", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang terbaik baginya. Ini akan mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Kenakalan remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.
Jumat, 29 Oktober 2010
STORMING KONFLIK DALAM KELOMPOK
Menurut Kreitner dan Kinicki (2006) terdapat lima cara dalam menghadapi konflik yaitu:
1. Integrating ( Problem Solving) Ã individu sangat peduli terhadap orang lain dan dirinya sendiri. Pada cara ini, terdapat ketertarikan untuk mengkonfrontasi permasalahan dan berusaha kooperatif dalam mengidentifikasi permasalahan.
2. Obliging ( Smoothing) Ã Orang yang bergaya obliging mengabaikan hak-haknya sendiri demi orang lain, dapat disebut juga smoothing dimana perbedaan dihindari dan lebih mengutamakan persamaan. Tipe ini biasanya sesuai untuk mengatasi masalah-masalah yang lebih simpel, karena untuk masalah yang kompleks berpotensi menimbulkan masalah dikemudian hari.
3. Dominating (Forces) Ã Kepedulian terhadap diri tinggi dan mengabaikan hak-hak yang lain, prinsipnya win-loose. Tipe ini sesuai untuk menerapkan keputusan-keputusan yang tidak populis atau didesak oleh waktu.
4. Avoiding à Biasanya berupa tindakan pasif ataupun menghindari masalah. Sesuai jika keputusan yang diambil berkaitan dengan konflik tidak sepadan hasilnya. Terutama jika mempertimbangkan masalah waktu dan menghadapi situasi ambigu. Kelemahan model ini tidak mampu menyelesaikan masalah.
5. Compromising à Merupakan pendekatan yang moderate untuk semua pihak. Model ini cocok jika semua fihak menghandaki kekuatan yang sama/setara atau jika pihak lawan mempunyai tujuan yang berlawanan, dan tidak cocok bila diterapkan.
forming menjadi sebuah kelompok
Memperkuat Sebuah Kelompok
Point pertama adalah seberapa penting orang menetapkan cara kelompok tersebut berfungsi dan bersikap. Cara itu sendiri bisa menjadi sebuah sumber konflik tanpa akhir. Ada keseimbangan-keseimbangan yang harus dirusak, seperti antara mereka yang tidak sabar dengan diskusi, yang sangat ingin segera “di suatu tempat” dan “melakukan sesuatu”, dan mereka yang menginginkan kejelasan mengenai tujuan, persiapan untuk melontarkan sebuah kasus pada khalayak ramai, kelompok mana yang akan diraih, dan bentuk-bentuk aksi yang harus dipertimbangkan atau tentang bagaimana kelompok dapat mengatur diri dan fungsinya. Bagaimanapun juga, sebuah kelompok baru harus melakukan yang terbaik untuk menemukan jalannya sendiri, dan semua arah, memiliki beberapa medium yang baik untuk mengantarai orang dengan arah yang berbeda. Jika suatu kelompok memiliki banyak energi dan inisiatif, beberapa sub-kelompoknya bisa mengambil tema-tema khusus. Jika suatu kelompok melibatkan orang-orang dengan pemikiran atau sikap-politik saling bertentangan, itu perlu diakui dan dibuat sumber kekuatan dan tidak menjadi penghalang kreativitas.
Apakah kelompok Anda besar dan terbuka atau kecil dan terbatasi oleh afinitas. Anda tetap menginginkan agar orang baru merasa diterima, dan Anda juga menginginkan setiap orang merasa dapat memberikan kontribusi. Ini dapat memunculkan masalah keragaman budaya, sikap penindasan, isu tentang kelas sosial, ras, dinamika jender dan kekuatan dalam kelompok. Berkait dengan isu-isu ini saja dapat menjadi sebuah sumber ketegangan, meskipun tidak berurusan dengan isu-isu tersebut juga dapat menjadi lebih buruk. Anda perlu mencari cara-cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam sebuah atmosfer yang kondusif. Bab tiga tentang jender memberikan beberapa contoh.
Pada umumnya, sangat bermanfaat bagi sebuah kelompok untuk merencanakan bersama dalam mengelola beberapa sessi khusus disamping pertemuan biasa, atau membuat pertemuan-pertemuan biasa menjadi agak berbeda. Biasanya pertemuan seperti ini memfokuskan pada upaya berbagi keahlian, pengembangan kampanye atau bahkan pengamatan lebih detail lagi tentang topik kampanye tertentu. Selain itu, pertemuan seperti ini lebih berorientasi pada kelompok-kelompok seperti kegiatan-kegiatan yang membangun hubungan (pembuatan spanduk, menyanyi) atau sarana-sarana untuk meningkatkan fungsi kelompok tersebut.
overview proses dasar dalam kelompok
Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di bidang pertanian, agroforestry, agrofishery, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang mencakup usaha hulu, usahatani, usaha hilir dan usaha jasa penunjang (UU Sistem Penyuluhan Pertanian).
Pembinaan kelompoktani bermaksud untuk membantu para petani agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses teknologi, permodalan, pasar dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
POTENSI KELEMBAGAAN
Di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai potensi kelembagaan, karena pada dasarnya selalu terjadi interaksi antar individu atau antar kelompok masyarakat yang terpola. Berbagai bentuk potensi kelembagaan yang ada pada masyarakat, antara lain:
(a) Kumpulan arisan; arisan uang, barang ataupun tenaga, (b) nteraksi antara petani sebagai produsen dengan pedagang (konsumen), (c) Interaksi antar petani dalam memasarkan hasil maupun membeli saprodi, (d) Interaksi antara petani dengan pihak luar (pembina, pemodal, pedagang).
Potensi kelembagaan ini dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk pembentukan dan pembinaan kelembagaan-tani. Rasa sosial untuk saling tolong-menolong perlu ditumbuh-suburkan agar modal sosial ini tidak terkikis kemajuan masyarakat. Kelembagaan-tani berupa “kelompoktani” merupakan alternatif wadah yang dapat diandalkan agar para petani dapat berhimpun dan saling bekerjasama meningkatkan
usahanya.
Senin, 25 Oktober 2010
Individu Dalam Massa
Ciri-ciri individu dalam massa, yaitu:
- Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan irasional
- Melakukan tindakan agresi yang melawan kebiasaan.
Menurut Sidis individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan sehingga pertimbangan kritis hilang.
Kondisi psikologis individu dalam massa
Menurut Gustave Le Bon, massa memiliki sifat psikologis sendiri-sendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan melakukan sesuatu yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat jika individu itu tidak tergabung dalam suatu massa. Seperti yang diungkapkan Durkheim adanya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Gustave Le bon dalam massa terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law mental unity, yaitu massa adalah kesatuan mind dan kesatuan jiwa.
Sedangkan menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan tidak hanya dalam hal berfikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan dan dalam perbuatan yang tampak.
JENIS, PENYEBAB, DAN DINAMIKA MASSA
a. Das Es atau The Id yaitu berupa dorongan-dorongan, nafsu-nafsu yang pada dasarnya itu semua membutuhkan pemenuhan, ingin muncul, ingin keluar.
b. Das Ich atau The Ego, yaitu merupakan sinsor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya, teruatama dengan norma-norma yang ada, di sini berfungsinya pikiran.
c. Das Uber Ich atau The Super Ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
Bila das es mau keluar, tetapi tidak diperbolehkan oleh das ich karena tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, maka dorongan-dorongan/ das es kemudian ditekan masuk dalam kompleks tersedak, masuk dalam bawah sadar. Apa yang masuk dalam kompleks tidak mai, tidak hilang, tetapi dalam keadaan laten kompleks terdesak ke permukaan. Ke alam sadar pemunculan tersebut terjadi bila sensor yaitu das ich dalam keadaan tidak aktif atau kurang baik berfungsinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma atau aturan-aturan tertentu, yang merupakan pedoman-pedoman atau batasan-batasan yang membatasi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Maka dengan adanya norma-norma tersebut, sebagai anggota masyarakat baik tidak dapat berbuat seenaknya. Jadi ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menghalangi dorongan-dorongan yang ingin mendapat pemuasan, karena the ego yang berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Aras dasar uaraian tersebut di atas, dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya. Yaitu orang bertindak dalam massa adalah berdasarkan atas dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan dan sebagainya yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu, bila banyak hal yang ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul di permukaan bila keadaan memungkinkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diambil langkah-langkah untuk pencegahannya yaitu sebagai berikut:
1) Menghindari hal-hal yang sekiranya dapat menimbulkan kekecewaan/ frustasi karena hal tersebut dapat menyebabkan sumber terjadinya massa aktif.
2) Menampung pendapat-pendapat yang ada permasalahan agar dapat segera diatasi.
3) Sebagai pemimpin yang baik harus dapat memberikan contoh kepada yang dipimpinnya, sebab pemimpin adalah sebagai tempat identifikasi dari yang dipimpinnya.
4) Sebagai seorang pemimpin sebaiknya bila memberikan janji-janji maka haruslah ditepati, jika tidak dapat menepati janji maka jangan memberikan janji agar tidak menimbulkan frustasi.
Tetapi apabila telah terjadi gerakan massa (massa aktif) maka pimpinan yang dikehendaki adalah pimpinan yang tegas, tidak ragu-ragu dan berani bertindak. Pimpinan yang ragu-ragu akan membuat massa menjadi kacau dan kehilangan arah, karena itu ada pendapat yang menyatakan bahwa barang siapa yang berani muncul di tengah-tengah massa, maka dialah yang akan memegang massa itu.
PERBEDAAN MASSA AKTIF dan MASSA PASIF
Massa pasifadalah sekumpulan orang banyak yang memebentuk suatu kelompok dan hanya seperti audience atau penonton yang tidak melakukan apa-apa atau tindakan anarkis lainnya, Seperti nonton bioskop bersama, dll.
MASSA ABSTRAK dan MASSA KONKRIT
Massa abstrak adalah sekumpulan manusia, yang belum mempunyai ikatan :
1. satu kesatuan norma
2. emosi
3. motif
Meskipun demikian mereka telah berkumpul atau bergerombol menjadi satu sebagai akibat adanya dorongan yang sama. Hal ini mungkin juga karena perhatian, kepentingan, rasa senasib yang menjadi dasar mereka berkerumun atau berkumpul.
massa kongkrit adalah sekelompok manusia yang sudah memiliki ikatan oleh suatu norma-norma tertentu.seperti ikatan motif, emosi,dll.
Dengan kata lain massa konkrit telah mempunyai :
1) Ikatan batin dalam hal ini termasuk pula persoalan motif, persamaan solidaritas, emosi, rencana kerja atau program
2) Persamaan norma, mereka telah mempunyai peraturan serta norma tersendiri dan ini sebagai akibat dari selalu berkumpul
3) Mempunyai struktur yang jelas, jadi bukan lagi merupakan kumpulan orang-orang yang bersifat menggerombol begitu saja, tetapi sudah terbentuk suatu organisasi, dengan pimpinan yang tetap, pembagian kerja serta tujuan yang pasti.
4) Mempunyai potensi yang dinamis, dengan bentuknya yang kongkrit itu massa dapat merupakan suatu gerakan atau mempunyai fungsi gerakan. Misalnya gerakan Pramuka, gerakan Pemuda dan sebagainya.
Jumat, 22 Oktober 2010
DEFINISI MASSA
Dalam sebuah kelompok, biasanya ada seseorang atau pihak yang berperan sebagai pemimpin. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada bagaimana pemimpinnya. Crowd Pschology (bagian dari psikologi sosial) menyatakan bahwa individu bisa saja mendapat kekuasaan untuk memimpin dengan berlaku kolektif. Jadi untuk menjadi seorang pemimpin tidak hanya untuk orang yang memiliki jiwa kepemimpinan saja, akan tetapi seorang pemimpin dapat terbentuk akibat mengikuti pola tertentu dalam kelompok.
massa
Organisasi
Kelompok Kecil
Dyad
sama lain untuk mendiskusikan persoalan-persoalan atau untuk
menyelesaikan suatu tugas. Begitu halnya dengan triad, yakni aktivitas
dimana anggota kelompok dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
terdiri atas tiga orang. Triad dibentuk saat anggota kelompok berjumlah
ganjil.
Pada umumnya dyad dan triad sangat berguna karena memberikan
kesempatan bagi anggota untuk memiliki kontak yang lebih personal
dengan satu sama lain, mengemukakan ide, dan memvariasikan format
kelompok.
Kegunaan latihan dyad dan triad antara lain :
• berinteraksi dengan 2 atau 3 individu lainnya
• mempraktikkan beberapa keterampilan
• melakukan aktivitas antara 2 orang agar dapat berinteraksi dalam kondisi
tertentu
• bermanfaat dalam mengembangkan aktivitas yang dilakukan kelompok
• mempererat interaksi yang terjadi antar anggota kelompok.
Aktivitas Kelompok
Efek instrumental keanggotaan kelompok
Efek instrumental keanggotaan adalah bagian dari keanggotaan itu sendiri. Maksud dari efek instrumental ialah suatu komunikasi antar anggota dan pengaruh dari kebersamaan suatu kelompok.Orang banyak akan melihat dari sisi ini karena orang memilih kelompok karena dia merasa sendiri dan ingin berkelompok.
uin-suka.info/ejurnal/index
www.p2kp.org/wartaarsipdetil.asp
ichwanmuis.com
Handout psikologi kelompok
Tujuan Kelompok
Ketertarikan Interpersonal
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketertarikan diantaranya:
1. DAYA TARIK FISIK, pada sebagian orang ini faktor yang tidak adiluntuk dijadikan kriteria bagi seseorang untuk disukai orang lain.Daya tarik fisik memang berpengaruh menurut penelitian.tetapi kekuatan daya tarik fisik akan melemah jika yang dicari adalah hubungan jangka panjang.
2. KEDEKATAN, dekat disini dekat secara fisik atau lingkungan.
Hal yang membuat kedekatan ini dapat menjadi ketertarikan karena:
1. Semakin dekat tempat, kemungkinan bertemu semakin sering,
2. Informasi tentang orang-orang yang berada di sekeliling anda dapat lebih mudah didapat
3. Kemungkinan untuk berinteraksi lebih besar.
Jika anda salah satu yang percaya bahwa ada seseorang yang menunggu anda di luar sana, bisa saja orang itu ada di dekat anda.
3. MERASA DEKAT, Salah satu alasan mengapa kedekatan dapat menciptakan rasa suka karena meningkatkan perasaan familiar. Efek perasaan familiar menimbulkan ketertarikan adalah fenomena yang sangat umum.
4. KEMIRIPAN, bahwa orang yang berlawanan menimbulkan daya tarik. Salah satu alasan mengapa kemiripan dapat menghasilkan rasa suka karena orang lebih menghargai opini dan pilihan mereka sendiri dan senang bersama orang yang mengabsahkan pilihannya. Walaupun demikian, kepribadian yang berlawanan dapat juga menarik jika saling melengkapi (komplementer) terutama dalam hal dominasi (Markey, 2007), orang yang dominan akan lebih menyukai pasangan yang seringnya mengalah dan sebaliknya.
5. SOCIAL REWARD, Seseorang cenderung mengulangi tingkah lakunya jika mereka mendapatkan penghargaan atau keuntungan.
Senin, 11 Oktober 2010
Karateristik umum kelompok
Terdapat tiga karakteristik yang menjadi persyaratan dari kelompok, antara lain :
1. Dari sisi jumlah, kelompok terdiri minimal dua orang
Untuk menjadi suatu kelompok paling tidak harus ada dua orang atau lebih
2. Harus ada pertukaran informasi diantara dua pihak yang terlibat
Jadi dalam kelompok dibutuhkan interaksi diantara anggotanya dalam beberapa hal. Baik itu melalui tatap muka, tulis menulis, atau komunikasi melalui media lain. Maka dapat disimpulkan bahwa jika terdapat sekelompok orang, namun tidak terdapat interaksi antara anggotanya maka tidak dapat disebut sebagai suatu kelompok.
3. Harus ada tujuan tertentu yang harus dicapai oleh semua anggota dan dapat memberikan manfaat bersama
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan timbal balik yang tidak hanya memberikan manfaat bagi pemimpinnya saja namun juga bagi semua anggotanya. Dengan demikian semua anggota rela bekerja dengan mengisi kekurangan satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama.
Dari ketiga karakteristik tersebut dapat diambil pemahaman bahwa kelompok memang sangat diperlukan bagi suatu organisasi dalam mencapai tujuan utamanya.
Karakteristik Kelompok
Dalam membentuk kelompok kerja, suatu organisasi perlu memperhatikan karakteristik umum dari kelompok. Kelompok kerja mempunyai suatu struktur dan karakteristik yang membentuk perilaku anggota – anggotanya dan memungkinkan diketahui seberapa besar pengaruh perilaku individual terhadap kelompok yang mempengaruhi kinerja kelompok sendiri. Hal –hal pengting tentang karakteristik kelompok yaitu terdiri dari komposisi, jenjang status, peran (roles), norma, leadership, dan keterpaduan (cohesiveness)
2. kelompok efektif dan tidak efektif
Setiap kelompok tunggal adalah unik. So it's only natural for group process, structure, and culture to vary from group to group as a function of the group's task, stage of development, and membership. Jadi itu wajar untuk proses kelompok, struktur, dan budaya untuk bervariasi dari satu kelompok ke kelompok sebagai fungsi dari tugas kelompok, tahap pengembangan, dan keanggotaan. Still, there are certain barometers of group effectiveness that seem to apply almost universally and that correlate well with group performance. Namun, ada barometer tertentu efektivitas kelompok yang tampaknya berlaku hampir secara universal dan yang berhubungan baik dengan kinerja kelompok.
What effective groups do Apa yang dilakukan kelompok yang efektif
⇒ The group periodically takes time to reassess its performance, purpose, and process. ⇒ Kelompok berkala membutuhkan waktu untuk menilai kembali kinerja, tujuan, dan proses.
⇒ There's no tyranny of the minority (a pushy or dominating subgroup or individual). ⇒ Tidak ada tirani minoritas (subkelompok memaksa atau yang mendominasi atau individu).
⇒ Group members stay involved, interested, and listen to one other. ⇒ Anggota grup tetap terlibat, tertarik, dan mendengarkan yang lain.
⇒ Most decisions are reached through genuine consensus or concordance. ⇒ Sebagian besar keputusan dicapai melalui konsensus asli atau konkordansi.
⇒ The group task is well understood and, when action is taken, group members are clear about their roles and assignments. ⇒ Kelompok tugas ini dipahami dengan baik dan, ketika tindakan diambil, anggota kelompok yang jelas tentang peran dan tugas.
⇒ Members aren't afraid to propose creative ideas or to express feelings." Anggota ⇒ tidak takut untuk mengajukan ide-ide kreatif atau mengekspresikan perasaan. "
⇒ The emotional atmosphere feels comfortable and tension-free. ⇒ Suasana emosional merasa nyaman dan bebas dari ketegangan.
⇒ All group members participate in discussions, which relate to the group task. ⇒ Semua anggota kelompok berpartisipasi dalam diskusi, yang berhubungan dengan tugas kelompok.
⇒ The group is okay with disagreement, and criticism or conflict is constructive and expressed in frank, respectful ways. ⇒ Kelompok ini oke dengan ketidaksetujuan, dan kritik atau konflik yang konstruktif dan disajikan dalam terang, cara hormat.
⇒ It's clear who the group facilitator is, but she or he doesn't dominate the group. ⇒ Sudah jelas siapa fasilitator kelompok, tapi ia atau dia tidak mendominasi kelompok.
What ineffective groups do Apa yang dilakukan kelompok yang tidak efektif
⇒ The group never discusses its own process or performance. ⇒ Kelompok ini tidak pernah membahas prosesnya sendiri atau kinerja.
⇒ The atmosphere reflects apathy, boredom, or high tension. ⇒ Suasana mencerminkan sikap apatis, kebosanan, atau tegangan tinggi.
⇒ Actions and decisions are unclear and occur before the real issues have been discussed and resolved. ⇒ Tindakan dan keputusan yang jelas dan terjadi sebelum masalah nyata telah dibahas dan diselesaikan.
⇒ A few people dominate discussions, while others sit silent. ⇒ Beberapa orang mendominasi diskusi, sementara yang lain duduk diam.
⇒ From what's being said, it's hard to figure out the group task or objective. ⇒ Dari apa yang dikatakan, sulit untuk mengetahui tugas kelompok atau objektif.
⇒ Group members don't listen to each other, so people often repeat themselves. ⇒ Grup anggota tidak mendengarkan satu sama lain, sehingga orang sering berulang.
⇒ Conversations after meetings reveal that people were holding back their real feelings. ⇒ Percakapan setelah pertemuan mengungkapkan bahwa orang menahan perasaan yang sesungguhnya mereka.
⇒ Disagreements get swept under the rug, as if they are threatening or counterproductive. Perselisihan ⇒ mendapatkan disapu di bawah karpet, seolah-olah mereka mengancam atau kontra.
⇒ An individual or small subgroup is so aggressive the group often accedes to its wishes. ⇒ Sebuah subkelompok individu atau kecil sangat agresif kelompok sering mengaksesi keinginannya.
⇒ Any criticism produces tension or embarrassment in the group. ⇒ Setiap kritik memproduksi ketegangan atau rasa malu dalam kelompok.
sumber :http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.lightbryan.com/explain/effectivegroups.html
Pendekatan teoritis
Teori Sintalitas Kelompok adalah merupakan perwujudan dari proses komunikasi dari suatu kelompok.
Teori ini dikembangkan oleh Cattell pada tahun 1948.
Cattell berpendapat bahwa untuk dapat membuat perkiraan-perkiraan ilmiah yang tepat, segala sesuatu harus dapat diuraikan, diukur, dan diklasifikasikan dengan tepat dan cermat.
Melalui teori sintalitas ini, Cattell menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok haruslah memiliki kepribadian yang dapat dipelajari. Oleh karena itu, Cattell dengan teorinya dikatakan sebagai pengembang Psikologi Kepribadian Kelompok.
Teori Perbandingan Sosial (Social Comoarison Theory)
Teori atau pendekatan perbandingan sosial mengemukakan bahwa tindak komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan-kebutuhan dari individu untuk membandingkan sikap, pendapat dan kemampuannya dengan individu-individu lainnya.
produktivitas Group adalah elemen yang sukses untuk bisnis apa pun seseorang. This essentially means harnessing the power of teams to multiply the individual efforts of the people who are serving with the organization. Hal ini berarti memanfaatkan kekuatan tim untuk menggandakan upaya individu orang-orang yang melayani dengan organisasi.
Sabtu, 02 Oktober 2010
Orientasi teoritis salam dinamika kelompok
Teori aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, sentimen-sentimen/perasaan atau emosi (menurut homans)
Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Newcomb
Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz
Hipotesa pembentukan kelompok…..
Hipotesa I :Seseorang menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan memenuhi kebutuhannya.
Hipotesa II : Dekatnya kontak dan interaksi memberikan kepada individu untuk menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai melalui afiliasi dengan orang lain.
Hipotesa III : Tarikan interpersonal (interpersonal attraction) adalah fungsi positif dan daya tarik fisik, kesamaan sikap, kesamaan kepribadian, kesamaan ekonomi, kesamaan rasial, memahami kemampuan orang, dan kebutuhan untuk kerukunan dan keharmonisan.
Hipotesa IV:Individu berkeinginan untuk berafiliasi dengan orang lain yang kemampuannya sama atau lebih tinggi
Hipotesa V : Seseorang akan menggabungkan diri ke dalam kelompok apabila mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas
Hipotesa VI : Seseorang akan menggabungkan diri dalam kelompok, apabila dia menilai baik pada kelompok
Hipotesa VII :Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang menyebabkan keanggotaan di dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi anggota kelompok memberikan suatu imbalan)
Hipotesa VIII :Seseorang akan menggabungkan diri di dalam kelompok, apabila dia menerima/menilai/merasa bahwa ini sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan/memberikan kepuasan.
Hipotesa IX : Pengembangan kelompok mengikuti suatu pola yang tetap
Hipotesa X : koalisi terbentuk di dalam situasi dimana dua orang atau lebih mencapai imbalan yang lebih besar melalui kerja sama daripada kalau bekerja sendiri-sendiri
psikologi kelompok psikologi sosial
studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli dalam
bidang interdisipliner ini pada
umumnya adalah para ahli psikologi atau
sosiologi, walaupun semua ahli
psikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis
mereka.
Psikologi sosial sempat dianggap tidak memiliki
peranan penting, tapi kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi
modern, psikologi sosial mendapat posisi yang penting. psikologi
sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia
berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui
berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara
sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk
dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana
peranan situasi, permasalahan, dan budaya.Kelompok sosial adalah kumpulan
orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling
berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat
mempengaruhi perilaku para anggotanya.
Pengertian Dinamika Kelompok
Pengertian dinamika Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan
“Perubahan secara besar maupun secara kecil atau perubahan secara cepat atau lambat itu sesungguhnya adalah suatu dinamika, artinya suatu kenyataan yang berhubungan dengan perubahan keadaan”.
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut Winardi bahwa :
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Drs. Soelaiman Joesoyf (1983) menyebutkan bahwa :
Pengertian kelompok
KELOMPOK adalah sekumpulan orang/individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan tujuan yang sama. Maka, imbasnya, tujuan kelompok hendaknya ditentukan bersama-sama. Sebagai titik awal dalam membangun kelompok, tujuan kelompok adalah arah bagi berjalannya kelompok dalam melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi begitu penting dalam membangun kelompok.
Hal kedua yang menjadi penting dalam pembangunan kelompok adalah bagaimana melanggengkan atau mengupayakan eksisnya suatu kelompok. Tentang ini, sangat ditentukan oleh individu-individu yang ada dalam kelompok itu sendiri. Untuk itu, yang harus dimiliki individu-individu yang berkelompok adalah adanya sebuah ikatan sosial diantara mereka yang diharapkan akan menimbulkan rasa kepemilikan dan kepedulian individu pada kelompok yang telah didirikan.
Untuk membangun ikatan sosial, dibutuhkan sebuah kesadaran pada masing-masing individu yang didasari atas masalah dan kebutuhan bersama. Ujungnya, diharapkan akan ada gerakan bersama untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan bersama, yang pada gilirannya, akan terbentuk solidaritas dalam kelompok tersebut.
Solidaritas pada masing-masing individu ini, akan menjadi ikatan tanggung renteng dalam kelompok. Tanggung renteng dalam arti sederhana bisa dianalogikan sebagai saat dimana dalam sebuah kelompok itu ada individu yang sakit, maka individu yang lain ikut merasakannya. Apabila kelompok yang dibentuk sudah mencapai tingkat kesadaran tersebut, kelompok ini akan dapat berkembang dan bisa memecahkan masalah-masalah anggotanya. Dalam hal ini, aturan main yang baku (AD/ART) dalam kelompok, bisa jadi tidak begitu penting, bahkan, bisa jadi tidak diperlukan lagi untuk mengikat individu-individu yang masuk di dalamnya.
Persyaratan kelompok yang afektif
- Komitmen tingkat tertinggi dan ketentuan akan tujuan yang jelas
- Kepercayaan manajemen karyawan
- Keinginan untuk mengambil resiko dan berbagi informasi
- Waktu, sumber daya dan sebuah komitmen untuk berlatih