Anak yang menderita autis atau "cacat mental" bisa disembuhkan dengan penanganan yang sabar dan bertahap, kata Ketua Yayasan Bina Autis Mandiri dr Muniyati Ismael di Palembang, Selasa.
Dr Muniyati yang telah lama berpengalaman membina anak penderita autis mengatakan, lanjut dia, pembinaan harus dilaksanakan secara berkelanjutan, jangan setengah-setengah supaya mental mereka semakin normal.
Menurut pendiri Yayasan Bina Autis Mandiri itu, pihaknya sekarang membina 97 anak penderita autis dan dari jumlah itu sebagian besar mereka telah duduk di kelas satu hingga kelas enam sekolah dasar.
Yayasan itu mulai didirikan pada Januari 2003, setahun kemudian didirikan sekolah dasar, kata dia lagi.
"Alhamdulillah tahun ini ada enam orang yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN). Dari enam itu empat di antaranya penderita autis," kata dia.
Ia menjelaskan, murid yang bersekolah di yayasan ini selain ada yang menderita autis juga ada yang normal seperti murid SD umum lainnya.
Ketika ditanya soal ketertarikannya mendirikan yayasan autis itu, ia mengatakan, anaknya, Attar (13), juga menderita autis sehingga ia menjadi sangat tertarik untuk membina anak-anak seperti itu.
Oleh karena itu bagi anak yang kurang mampu atau penderita autis lainnya bisa dibina di Yayasan Bina Autis Mandiri karena pihaknya akan membantu dengan biaya ringan, ujar dia pula.
Sementara salah seorang guru Yayasan Bina Autis Mandiri, Tuti mengatakan, untuk melatih anak autis perlu kesabaran sendiri supaya apa yang diberikan bisa diterima mereka.
Begitu juga tingkat penalaran mereka terhadap pelajaran yang diberikan tergantung dengan kemampuan mereka masing-masing, ujar dia.
Ada yang bisa menerima pelajaran satu jam tetapi ada juga yang lebih, tambah dia.
Kepala Sekolah SD Yayasan Bina Autis Mandiri, Lakoni juga mengatakan, untuk mengajar murid autis perlu kesabaran lebih karena anak yang dihadapi memiliki berbagai karakter termasuk kemampuan.
Namun, hingga sekarang pihaknya sudah terlatih menghadapi penderita autis tersebut sehingga memberian materi pelajaran berjalan dengan baik, tambah dia.
Dr Muniyati yang telah lama berpengalaman membina anak penderita autis mengatakan, lanjut dia, pembinaan harus dilaksanakan secara berkelanjutan, jangan setengah-setengah supaya mental mereka semakin normal.
Menurut pendiri Yayasan Bina Autis Mandiri itu, pihaknya sekarang membina 97 anak penderita autis dan dari jumlah itu sebagian besar mereka telah duduk di kelas satu hingga kelas enam sekolah dasar.
Yayasan itu mulai didirikan pada Januari 2003, setahun kemudian didirikan sekolah dasar, kata dia lagi.
"Alhamdulillah tahun ini ada enam orang yang akan mengikuti Ujian Nasional (UN). Dari enam itu empat di antaranya penderita autis," kata dia.
Ia menjelaskan, murid yang bersekolah di yayasan ini selain ada yang menderita autis juga ada yang normal seperti murid SD umum lainnya.
Ketika ditanya soal ketertarikannya mendirikan yayasan autis itu, ia mengatakan, anaknya, Attar (13), juga menderita autis sehingga ia menjadi sangat tertarik untuk membina anak-anak seperti itu.
Oleh karena itu bagi anak yang kurang mampu atau penderita autis lainnya bisa dibina di Yayasan Bina Autis Mandiri karena pihaknya akan membantu dengan biaya ringan, ujar dia pula.
Sementara salah seorang guru Yayasan Bina Autis Mandiri, Tuti mengatakan, untuk melatih anak autis perlu kesabaran sendiri supaya apa yang diberikan bisa diterima mereka.
Begitu juga tingkat penalaran mereka terhadap pelajaran yang diberikan tergantung dengan kemampuan mereka masing-masing, ujar dia.
Ada yang bisa menerima pelajaran satu jam tetapi ada juga yang lebih, tambah dia.
Kepala Sekolah SD Yayasan Bina Autis Mandiri, Lakoni juga mengatakan, untuk mengajar murid autis perlu kesabaran lebih karena anak yang dihadapi memiliki berbagai karakter termasuk kemampuan.
Namun, hingga sekarang pihaknya sudah terlatih menghadapi penderita autis tersebut sehingga memberian materi pelajaran berjalan dengan baik, tambah dia.
by : reformata .com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar