Peneliti menggunakan data yang disusun sejak tahun 2000-2007 dan diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry. Dalam laporan tersebut juga disebutkan ada anak gadis berusia 4 tahun bernama Rebecca Riley meninggal akibat overdosis obat yang berguna untuk menstabilkan perilaku hiperaktifnya dan emosinya. Kejadian ini berlangsung di wilayah Boston, AS pada tahun 2006.
Seorang psikiater anak di Boston, Kayako Kifuji menuturkan Riley didiagnosis mengalami gangguan bipolar dan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) saat berusia 30 bulan. Sejak itu dirinya telah menerima beberapa obat yang sangat kuat seperti Depakote, yaitu sebuah obat antiseizure untuk gangguan bipolar serta clonidine yaitu obat untuk tekanan darah. Kasus kematian Riley sempat menjadi sorotan publik dan perdebatan di kalangan profesi psikiatri mengenai apakah gangguan bipolar dapat didiagnosis saat usia anak masih sangat muda. Selain itu diperdebatkan pula apakah bijaksana untuk meresepkan obat yang keras pada anak-anak.
Harry Tracy seorang psikolog yang mengkhususkan pada gangguan system saraf menuturkan diagnosis untuk anak yang masih sangat muda hanya bisa ditentukan oleh ilmu pasti. Gangguan seperti ADHD, depresi, gangguan bipolar dan pelecehan seksual dapat menunjukkan gejala yang sama pada usia balita. Jika seorang anak didiagnosis dengan gangguan bipolar pada saat berusia 2-5 tahun, maka sekitar 50 persennya menerima obat antipsikotik obat untuk menstabilkan suasana hati, stimulan dan obat anti depresi.
KORAN INDONESIA SEHAT
http://koranindonesiasehat.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar