Sabtu, 08 Januari 2011

Bahagia, ada pada Jiwa yang Bisa Bersyukur

kategori : pendidikan
oleh : Lianny Hendranata
tahun : 2005


Pernah membayangkan, bagaimana seseorang menulis buku, bukan dengan
tangan atau anggota tubuh lainnya, tetapi dengan kedipan kelopak
mata kirinya? Jika Anda mengatakan itu hal yang mustahil untuk
dilakukan, tentu saja Anda belum mengenal orang yang bernama Jean- Dominique Bauby. Dia pemimpin redaksi majalah Elle, majalah
kebanggaan Prancis yang digandrungi wanita seluruh dunia.

Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk
tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa.
Ia meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan. Setelah tahu apa
yang dialami si Jean dalam menempuh hidup ini, pasti Anda akan
berpikir, "Berapa pun problem dan stres dan beban hidup kita semua,
hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!"

Tahun 1995, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya
lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan
total yang disebutnya "Seperti pikiran di dalam botol". Memang ia
masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara
maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya
adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah cara dia berkomunikasi
dengan para perawat, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya.

Begini cara Jean menulis buku. Mereka (keluarga, perawat, teman-
temannya) menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip
apabila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. "Bukan main,"
kata Anda.

Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan
menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita
disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barang kali kita harus
menangis dulu berhari-hari dan bukan buku yang jadi, tapi mungkin
meminta ampun untuk tidak disuruh melakukan apa yang dilakukan Jean
dalam pembuatan bukunya.

Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan
memoarnya yang ditulisnya secara sangat istimewa. Judulnya, "Le
Scaphandre" et le Papillon (The Bubble and the Butterfly).

Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang
digariskan untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap
berpikir jernih untuk bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun
untuk menelan ludah pun, dia tidak mampu, karena seluruh otot dan
saraf di tubuhnya lumpuh. Tetapi yang patut kita teladani adalah
bagaimana dia menyikapi situasi hidup yang dialaminya dengan baik
dan tetap menjadi seorang manusia (bahasa Sansekerta yang berarti
pikiran yang terkendali), bahkan bersedia berperan langsung dalam
film yang mengisahkan dirinya.

Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya
yang seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan kita yang hidup tanpa
punya problem seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu
mengeluh..! Coba ingat-ingat apa yang kita lakukan. Ketika mendapat
cuaca hujan, biasanya menggerutu. Sebaliknya, mendapat cuaca panas
juga menggerutu. Punya anak banyak mengeluh, tidak punya anak juga
mengeluh. Carl Jung, pernah menulis demikian: "Bagian yang paling
menakutkan dan sekaligus menyulitkan adalah menerima diri sendiri
secara utuh, dan hal yang paling sulit dibuka adalah pikiran yang
tertutup!"

Maka, betapapun kacaunya keadaan kita saat ini, bagi yang sedang
stres berat, yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun
melawan orang lain, atau anggota keluarga yang sedang tidak bahagia
karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, yang baru mendapat
musibah kecelakaan atau bencana, bagi yang sedang di-PHK, ingatlah
kita masih bisa menelan ludah, masih bisa makan dan menggerakkan
anggota tubuh lainnya. Maka bersyukurlah, dan berbahagialah...!
Jangan menjadi pengeluh, penggerutu, penuntut abadi, tapi
bijaksanalah untuk bisa selalu think and thank (berpikir, kemudian
berterima kasih/ bersyukurl).

Dalam artikel yang berjudul Kegagalan & Kesuksesan Hasil Konsekuensi
Pikiran ( SPM 26 Februari 2005) dituliskan, seseorang yang sadar
sepenuhnya, dia datang ke dunia ini hanya dibekali sebuah nyawa
(jiwa). Nah, nyawa itu harus dirawat dengan menjalani kehidupan
secara bertanggung jawab. Dengan nyawa ini pulalah, seseorang harus
hidup bahagia, di manapun dia berada, dan dalam kondisi apapun, dia
harus bisa bahagia. Kunci kebahagiaan adalah bersyukur! Mensyukuri
apa yang kita dapat itu penting, termasuk sebuah nyawa agar kita
bisa hidup di alam ini. Dan kebahagiaan bisa dibuat, dengan tidak
meminta (menuntut) apapun pada orang lain, tetapi memberikan apa
yang bisa diberikan kepada orang lain agar mereka bahagia. Jadilah
seseorang yang merasa ada gunanya untuk kehidupan ini.

Untuk itu, Anda bisa mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak
sesuai nurani dan menghasilkan apa yang Anda inginkan dalam hidup.
Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak
pernah gagal. Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah
kecewa. Justru banyak orang yang sukses itu sebetulnya orang yang
telah banyak mengalami kegagalan.

Berpikirlah positif, Anda akan menjadi orang yang beruntung. Banyak
cerita tentang keberuntungan berasal dari kejadian-kejadian yang
tidak menguntungkan. Misalnya, kehilangan pekerjaan memunculkan ide
besar untuk mulai bisnis sendiri dan menjadi majikan. Ditolak pun
bisa mendatangkan kesuksesan. Tetapi, untuk mendapatkan
keberuntungan diperlukan usaha. Dan mulailah sekarang juga untuk
berusaha!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar