Sabtu, 08 Januari 2011

Potensi Diri: Mengubah

kategori : pendidikan
oleh : Lisa Nuryanti
tahun : 2005


Selly memang sudah cukup lama bekerja sebagai sekretaris di
perusahaan itu. Atasannya sangat otoriter sehingga Selly sering
merasa tertekan. Semua diukur sesuai dengan emosi sesaat.

Kesalahan-kesalahan kecil dapat membuat atasannya marah dan meledak- ledak. Apalagi kalau sampai Selly tidak dapat segera menemukan
dokumen yang diminta oleh atasannya, wah bisa-bisa Selly sakit hati
mendengar ucapan beliau. Padahal seringkali bukan karena salah Selly.

Ia sudah pernah menyerahkan dokumen itu ke tangan atasannya, tapi
beliau kini kembali minta dokumen tersebut. Entah lupa menaruh atau
memang hilang. Tapi atasannya selalu minta foto kopi dokumen itu
lagi. Pernah Selly mencoba mengingatkan bahwa dokumen tersebut sudah
pernah diserahkannya dan belum kembali ke tangannya, tapi
penjelasannya tidak membantu. Atasannya tetap minta yang baru.

Akhirnya Selly belajar menangani masalah seperti ini. Ia selalu siap
dengan satu foto kopi ekstra dari semua dokumen penting.

Apabila atasannya meminta dokumen tertentu, maka ia segera membuat
salinannya sebelum menyerahkan dokumen tersebut, supaya seandainya
lain kali diperlukan, ia tidak perlu bingung mencarinya. Dengan
demikian ia selalu siap dengan dokumen apapun yang diminta, sehingga
stresnya berkurang. Ia mengubah cara kerjanya, ia mengubah dirinya
sendiri.

Waktu pertama kali bekerja dulu, ia seringkali menangis. Bahkan ia
pernah tidak dapat tidur nyenyak dan tidak dapat menikmati makanannya
selama berhari-hari gara-gara dimarahi. Berat badannya turun 3
kilogram dalam waktu dua bulan.

Sampai suatu hari Selly menyadari bahwa ia merugikan dirinya sendiri.
Karena itu Selly mulai belajar membedakan antara masalah pribadi dan
masalah pekerjaan. Ia belajar untuk tidak mencampuradukkan keduanya.
Ia mulai bisa melihat lebih positif.

Koreksi diri sendiri
Sekarang ia tidak stres dan sakit-sakitan lagi. Ia tidak dapat
mengubah atasannya, tapi ia dapat mengubah dirinya sendiri.

Salim sangat ambisius. Ia berambisi untuk menduduki jabatan tertinggi
dalam perusahaan tempatnya bekerja. Sayangnya jabatan itu telah
terisi oleh Teddi yang telah lebih lama bekerja di sana. Salim
kecewa. Ia berusaha mencari kelemahan Teddi.

Setiap hari ia datang menawarkan bantuan, tapi sebenarnya ia mencari
kelemahan Teddi. Tentu saja tak ada manusia yang sempurna. Teddi agak
kurang teliti dengan angka.

Segera saja Salim berusaha menonjolkan kelemahan Teddi. Ketika Teddi
membuat perkiraan penjualan dan tanpa sengaja membuat kesalahan
perhitungan, Salim segera membesar-besarkan hal itu. Ia menunjukkan
kesalahan itu kepada para pemegang saham. Ia menonjolkan bahwa ia
sendiri tak akan berbuat kesalahan yang sama.

Tentu saja pemegang saham juga bukan orang yang mudah dipengaruhi.
Mereka tidak menanggapi hal itu sebagai sesuatu yang terlalu serius
karena perkiraan penjualan itu memang masih dalam tahap awal yang
berupa gambaran kasar.

Akibatnya sikap Salim yang negatif justru merugikan dirinya sendiri.
Hatinya dipenuhi rasa iri dan pikiran negatif yang ingin menjatuhkan
orang lain, iapun menjadi kurang fokus terhadap tugas-tugasnya
sendiri. Tak berapa lama Salim mulai sering mendapat teguran karena
banyak tugas yang tidak selesai pada waktunya. Ia ingin mengubah
keadaan sekelilingnya. Ia tidak mulai dengan mengubah dirinya
sendiri.

Ketika Putri mulai bekerja ia mengharapkan banyak sekali. Ia
menargetkan promosi jabatan dalam waktu dua tahun ke jajaran
supervisor. Boleh dong. Tapi ketika mulai memasuki tahun kedua, Putri
melihat bahwa prestasinya kalah dibandingkan Devi. Penjualan Devi
selalu lebih baik setiap bulan. Memang pernah dua kali Putri lebih
bagus, tapi kebanyakan Devi lah yang menang.

Putri mulai melihat ancaman. Apalagi atasannya mulai sering memuji
Devi. Apabila atasannya pergi bertugas ke luar kota, maka Devi lah
yang diserahi 'tanggung jawab' untuk mengurus segala sesuatu.

Putri mulai tidak suka terhadap Devi, tapi ia tidak dapat mengubah
penilaian atasan terhadap Devi. Untunglah, meskipun Putri tidak puas,
ia tidak mau menggunakan cara-cara yang tidak terpuji seperti
memfitnah atau menjatuhkan Devi.

Putri frustasi sendiri melihat gelagat bahwa Devi kemungkinan besar
akan diangkat menjadi supervisor, bukan dirinya sendiri. Tapi
kemudian Putri ingat bahwa ia tidak mungkin dapat mengubah pandangan
atasan terhadap Devi. Satu-satunya hal yang dapat dilakukannya adalah
merubah pandangan atasan terhadap dirinya.

Maka Putri mulai berfokus pada pekerjaannya. Ia mencari jalan untuk
meningkatkan penjualannya setiap bulan. Usahanya menunjukkan hasil
karena empat bulan kemudian ia melebihi Devi.

Setelah itu mereka sering bergantian menang setiap bulannya. Memang
dalam hal kedewasaan dan pengalaman, Devi tetap lebih unggul, tapi
hal itu tidak mengecilkan hati Putri.

Ia tidak lagi ingin mengubah orang lain. ia hanya ingin mengubah
dirinya sendiri menjadi lebih baik. Do not try to change other
people! Change yourself! Be better! Good luck!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar