sumber :PercikanIman.ORG
Kamis, 20 Mei 2010
Autisme Pada Anak
Ibu Ani adalah seorang wanita karier yang setiap hari sibuk bekerja, namun selalu menyempatkan diri untuk memeriksakan kesehatan anak tunggalnya yang kini berumur 3 tahun, lebih-lebih bila sakit. Dokter selalu berkata, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pertumbuhan anak tersebut terbilang baik dan tampaknya selalu asyik bermain sendiri, hanya bicaranya belum lancar. Hal tersebut merupakan hal yang biasa pada anak dan nantinya akan bisa dengan sendirinya. Akhir-akhir ini si ibu merasa khawatir anaknya menderita autisme seperti yang ia dengar pada Seminar Autisme. Kekhawatiran ini makin bertambah setelah ia membaca surat kabat bahwa imunisasi MMR dapat menyebabkan autisme. Anaknya pernah mendapatkan imunisasi MMR sewaktu berumur 15 bulan. Kekhawatiran yang dialami ibu Ani tersebut, saat ini banyak pula terjadi pada orang tua lainnya. Autisme pada anak adalah kondisi yang menimpa anak pada saat lahir atau pada umur di bawah tiga tahun. Penyakit ini menyebabkan mereka tidak mampu membentuk hubungan sosial atau mengembangkan komunikasi yang normal. Akibatnya, anak menjadi terisolasi dari kontak manusia dan tenggelam dalam dunianya sendiri yang diekspresikan dalam minat dan perilaku yang terpaku dan berulang-ulang. Di Amerika Serikat, antara 60.000-115.000 anak berumur kurang dari 15 tahun menderita autisme, sehingga diperkirakan terdapat 10 sampai 20 kasus per 10.000 penduduk. Rata-rata kasus ditemukan sewaktu anak berumur 6 tahun. Sebagian besar orang tua menganggap ada yang tidak beres pada diri anaknya sewaktu anak tersebut berumur 18 bulan. Jumlah penderita anak laki-laki lebih banyak 3-4 kali jumlah penderita anak perempuan, tetapi anak perempuan autisme cenderung lebih berat. Autisme pada anak bisa terjadi di semua tingkat sosial-ekonomi dan di setiap ras, serta pada semua taraf intelegensi. Kapan kita mencurigai seorang anak menderita Autisme? Anak yang menderita autisme gagal menunjukkan keakraban yang lazim terhadap orang tua maupun orang lain. Sewaktu bayi, ia tidak memiliki senyum sosial. Artinya, bayi tidak pernah tersenyum sewaktu diajak bermain, tidak mempunyai perilaku melekat (yaitu perasaan lebih senang apabila berada dekat ibunya). Anak sering tidak dapat membedakan orang yang paling penting dalam kehidupannya, seperti orang tua, kakak, saudara, dll. Apabila ditinggal pergi oleh orang tuanya tidak menunjukkan rasa cemas, sejak bayi ngocehnya kurang, perkembangan kemampuan berbahasa umumnya mengalami hambatan. Setelah bertambah umur, bahasa yang digunakannya sulit dimengerti oleh orang tua, seringkali melakukan aktifitas yang brulang-ulang, misalnya menggerak-gerakkan anggota tubuhnya tanpa tujuan, bahkan bisa juga membentur-benturkan kepalanya ke dinding. Penderita autisme akan lebih jelas terlihat saat berkumpul dengan anak sebaya. Saat bermain, si penderita tidak bisa berinteraksi atau bermain bersama, apalagi dengan alat permainan yang sama. Ketidakstabilan perasaan, perubahan emosi yang tiba-tiba seperti ledakkan tertawa atau menangis tanpa sebab yang jelas, adalah juga gejala-gejala autisme. Secara garis besar, terdapat tiga ciri utama yang muncul sebelum umur tiga tahun. Interaksi sosial dan perkembangan sosial yang abnormal Tidak terjadinya perkembangan komunikasi yang normal Minat serta perilakunya terbatas dan berulang-ulang Mengapa anak menderita autisme? Penyebab autisme masih belum diketahui secara pasti. Dahulu, diperkirakan bahwa faktor psikologis yang memegang peranan penting dalam timbulnya autisme. Namun, penelitian dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologis yang sangat kompleks. Faktor biokimia, metabolisme, imunologi, toksikologi, pencernaan, dan nutrisi, adalah faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya autisme. Dengan demikian, cara pengobatannya pun saat ini sudah lebih banyak berubah. Apakah ada hubungan antara vaksinasi MMR dengan autisme? Kekhawatiran ini bermula dari suatu penelitian yang dilakukan di Inggris, di mana didapat gejala autisme tidak lama setelah anak tersebut mendapat imunisasi MMR. Pendapat ini dibantah oleh berbagai pihak, termasuk oleh Departemen Kesehatan RI. Bantahan ini dikeluarkan karena terbukti bahwa tidak ada peningkatan angka autisme setelah diperkenalkannya vaksin MMR pada tahun 1988. Penutup Orang tua diharapkan berperan aktif dalam memantau tumbuh-kembang anak sejak usia dini. Apabila menemukan gejala autisme, segeralah konsultasikan dengan dokter untuk mendapat kepastian diagnosis. Biasanya, untuk menentukan diagnosis tersebut memerlukan penanganan yang dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pakar berbagai disiplin ilmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar