Jumat, 14 Mei 2010

kasus special needs

Mengenali kondisi anak sejak dini sangatlah penting. Sebab, bukan mustahil si buah hati memerlukan penanganan khusus karena mengalamai kesulitan belajar secara spesifik. Padahal ia bukanlah anak yang bodoh.

Matahari memancarkan sinarnya dengan terik. Namun sekumpulan anak-anak tanggung berusia 7-12 tahun tidak peduli dengan sengatan sang surya. Mereka bahkan berlari-larian di halaman sekolah dasar Pantara, Senopati, Jakarta Selatan.

Lonceng sekolah tanda istirahat memang belum lama dibunyikan. Tampak seorang anak laki-laki berkacamata sedang mengejar temannya yang berlari-lari membawa sebuah bola. Di sudut lainnya tiga anak perempuan sedang duduk-duduk dan mengobrol di bawah sebatang pohon rindang.

Sepintas tidak ada yang perlu dipertanyakan dengan segala tingkah polah mereka. Namun, di balik semua itu, ternyata mereka merupakan anak-anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (learning difficulties/LD). Bahkan, sering disebut sebagai anak yang memiliki gaya belajar berbeda.

Venty, 38, merupakan salah sato orang tua yang memiliki anak dengan kesulitan belajar spesifik. Menurut ibu rumah tangga ini, ia menyadari anak keduanya, Michael, 8, mengalami kesulitan belajar saat bocah laki-laki ini masuk SD. Awalnya Michael mengalami kesulitan belajar dan selalu tertinggal dibanding teman-temannya.

„Michael juga selalu mengeluh kepada saya karena sulit mencerna pelajaran yang diterimanya,“ ujar Venty kepada Media Indonesia, Selasa, 2/5. Akibatnya bocah ini menjadi minder dengan kondisinya dan membuat dia enggan pergi ke sekolah.

Ibu dua putra ini menyadari kesulitan Michael. Padahal putranya itu bukan siswa yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Setelah berkonsultasi dan melakukan observasi dengan seorang psikolog, ternyata Michael mengalami kesulitan belajar spesifik (LD) yakni sulit berkonsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder).

Akhirnya setelah enam bulan bersekolah di SD biasa, Venty pun memindahkan buah hatinya ini ke SD Pantara, sebuah sekolah yang mengkhususkan dalam pendidikan untuk anak-anak LD. Hanya dalam waktu dua minggu Michael mulai menunjukkan perubahan yang berarti. „Dia menjadi lebih percaya diri dan yakin bahwa sesungguhnya ia juga mampu belajar,“ ungkapnya.

Sistem Belajar

Kemajuan yang diperoleh Michael tak lepas dari sistem belajar yang dilakukan sekolah ini. Di sana para siswa dapat belajar sesuai dengan kesulitan mereka. Menurut Kepala SD Pantara, Deisi A. Gautama, Psi, masih banyak orangtua yang tidak menyadari jika buah hati mereka mengalami LD.

Umumnya, meskipun anak-anak ini mengalami kesulitan belajar, mereka sebetulnya memiliki kecerdasan rata-rata atau bahkan di atas rata-rata.

Sistem belajar yang lebih banyak praktek membuat anak-anak ini sangat menikmati materi yang diajarkan guru mereka. „Setiap kelas maksimal berisi 10 orang murid, dibimbing oleh dua orang guru,“ kata Deisi. Venty mengakui perhatian penuh yang diberikan guru kepada muridnya sangat efektif karena kebutuhan setiap anak berbeda-beda. Akibatnya anak menjadi lebih dihargai. Selain itu Venty mengikutsertakan jagoan ciliknya ini kursus piano dan Kumon. Kini, Michael pun mulai tumbuh menjadi anak yang mandiri dan percaya diri.-Prihandini/M-3


by :http://myhealthylife.wordpress.com/2010/04/20/anak-dengan-kebutuhan-khusus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar